Learning the past Managing the present Shaping the future

Jumat, 21 Juli 2017

Secercah Puji Bagi Kami, Mahasiswa Planologi

Detik berlalu, teringat terakhir kali pilihan kita yang tak menentu, penat bimbang yang menghujani malam-malam itu, menyisakan langkah awal penentu perjuangan yang ‘mungkin’ masih dapat dibanggakan.
Tak khayal pilihan itu telah sampai pada kapiler darah kita, beberapa mungkin meninggalkan sisa kepedihan, namun hanya yang tegar dan ikhlas yang akan bertahan. Semuanya berhak untuk setia pada pilihannya, bak medan magnet yang setia tegak lurus pada medan listriknya.
Kini semua melebur, menyatu mendarah daging menjadi keluarga baru. Isak tangis mungkin terdengar dari mendiang perasaan yang terdalam. Aku terharu, teringat berat langkah yang tiap hari coba kita tinggalkan, keluarga di kampung halaman yang merindukan, serta para sahabat yang rela kita korbankan, demi segala impian yang kita dambakan.
Tibalah suatu masa saat sungai-sungai masyarakat murba menjadi kering, sunyi, haus akan balutan lentik jemari kita. Tak mungkin kita dapat berpaling dari bayi-bayi yang merengek di pelukan ibundanya, dari ayah yang terbakar habis punggung dan dahinya.
Detik ini mungkin menjadi saksi bagi kami, mahasiswa Teknik Planologi, yang kemarin sore bermuram durja dihantam tebasan mafiki. The hero is coming, struggling for better society, Tak ada lagi karang pembatas bagi kami tuk terjun ke lautan lepas.
Puji syukur tentu layak dihanturkan untuk memulai pelayaran akbar ini, lautan yang ganas dan amat luas, tentu menunggu kami untuk dijelajahi. Bermodal putra-putri terbaik saat ini, kupikir kita masih bisa berbicara cukup banyak sebagai pelaut-pelaut barat.
Ribuan serdadu perang rela mati, demi generasi baru yang terbaik. Tanpa orang-orang yang terukir namanya di Taman Makam Pahlawan, mustahil rasanya kita masih bisa melakukan pesta organisasi layaknya sekarang. Barangsiapa menghendaki kemerdekaan bagi orang lain, maka haruslah siap kemerdekaan dirinya diambil — Tan Malaka.
Suara-suara perubahan menunggu kita untuk bergerak, menyatukan advokasi dan terus mendobrak. Terbentur, terbentur, terbentur dan akhirnya terbentuk. Mungkin diri ini masih lemah, bak batang sawi yang tak berarwah. Namun seringkali kita lupa, bahwa kita tidak berdiri sendiri, jeruji-jeruji merah siap menopangmu menghantam dan meluluhlantahkan kesewenang-wenangan.
http://www.africa.undp.org/content/rba/en/home/ourwork/povertyreduction/poverty-reduction.html
Ilmu dan kemampuan, hanyalah modal awal pemrodukan. Namun, Pengabdian dan pengorbanan adalah cikal bakal perubahan. Ya mungkin seperti itulah, lembaran buku hanyalah abu bila ia tak bisa diaplikasikan. Kajian-kajian hanyalah candu bila tak terimplementasikan.
Kupikir semua yang ada sekarang haruslah siap, memiliki mata yang akan terjaga lebih lama, memiliki kulit yang akan tahan lebih dingin, memiliki hati yang akan lebih santun untuk mengasihi dan memiliki lisan yang akan lebih ringan untuk berdoa.
Mereka akan takut akan karya-karya kita, silau akan kontribusi kita, malu akan pengorbanan kita. Kutulis ini semua karena aku tahu, bahwa kita semua mampu dan mau, untuk saling mengajarkan dan diajarkan. We will there, until the stars don’t shine, until the heaven burst, and the words don’t rhyme.
Masyarakat menunggu, menghantarkan harapan pada ibu pertiwi. Harapan yang memanggil kami, mahasiswa-mahasiwi teknik planologi. Kuangkat tiang perubahan, genderang pun engkau dendangkan, demi terwujudnya spirit perubahan yang berkelanjutan.
Labtek IX-A, tempat lidah rakyat bersua. Mencoba mengajarkan pada kalian, bahwa di luar sana masih banyak yang membutuhkan uluran tangan. Untaian harapan mereka, janganlah kalian sia-siakan. Aku yakin armada ini berisikan para awak terbaik, yang tak rela masyarakatnya dianiaya, yang tak akan diam melihat bangsa diinjak semena-mena.
Kapal ini kan terus melaju, melontarkan guratan teknologi dan ilmu pengetahuan. Menerjang deru badai penindasan, menebarkan senyuman bak mata air pegunungan. Hempasan meriamnya kan memutus mata rantai kemiskinan, dan setiap derap layarnya kan senantiasa menghembuskan nafas perubahan.
Persaingan memang lumrah, layaknya putih tulang dan merah darah. Namun, hukum alam akan berbicara siapa yang layak menjadi juara. Maukah kamu menjadi juara itu?, Kutunggu dirimu..
Salam dari kami, mahasiswa teknik planologi — RM

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Blogger templates

Hak cipta hanya milik ALLAH. Diberdayakan oleh Blogger.

Komentar

Gunakanlah Bahasa yang santun dan bersifat membangun, terimakasih :)

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Paling Dilihat