Learning the past Managing the present Shaping the future

Kamis, 30 Juni 2016

They Are Coming Again


Tahun ini Ramadhan akan segera pergi, yap Bulan berlimpah pahala ini benar-benar agak berbeda dengan Ramadhan2 tahun lalu. Tahun ini terasa lebih gersang dan hambar, sukar kuungkapkan dengan kata-kata. Aku merasa belum bisa benar-benar optimal di Ramadhan tahun ini. Astahgfirullahaladzim, lantunan decak istighfar sering mengiangi batinku kala fajar dan senja menjelang.
Beberapa waktu yang lalu sepulang dari Bandung, kulihat daun-daun itu mulai menggulung, menguning meninggalkan cukup banyak lubang di permukaannya. Barangkali ulat mulai menggerogotinya.
Memang cukup mencekam suasana sore hari kala itu, bundaran alun-alun Kota Malang yang kulewati tiap hari. Kulihat disana banyak rakyat menjual bendel lembar uang2 kecil yang sudah ter-packing untuk ditukar dengan rupiah yang lebih tinggi nilainya. Uang2 yang nantinya akan digunakan untuk menggembirakan bocah-bocah kecil di Idul Fitri.
Sekitar satu kilometer dari bundaran tersebut, kulihat lampu berwarna merah, deru knalpot mobil dan motor yang berselingan memutar otakku untuk menghidar dari kemacetan lampu merah. Namun aku terhenti sejenak, beberapa bocah kecil dengan raut wajah mlas dan baju yang amat lusuh menghampiriku, mengelap kaca depan motor dan sein nya. Lima detik berselang bocah tersebut meninggalkan pandanganku dengan senyum kelelahan. Rupanya dia tidak sendirian, dia ditemani beberapa timnya mencoba mengais untung dari modal kemucing bulu dan kain lap yang tampak usang diterpa debu jalanan. Lampu menunjukkan angka empat, aku langsung meninggalkan ladang mereka dan kembali.
Semburat angin menerpaku ketika kembali pulang, suasana jalanan memang ramai kala itu karena menjelang buka puasa, guna mempersingkat waktu akupun mengambil jalan pintas melewati jalan dalam Universitas Negeri Malang, raut wajahku kurancang ramah agar petugas penjaga gerbang masuk mempersilakan langsung lewat tanpa memeriksa.
Dalam diriku berpikir mungkin aku tidak bisa dengan penuh kebahagiaan menikmati Idul Fitri tahun ini, maaf Tuanku, beberapa hari ini aku gagal dalam bimbinganMu Tuan. Sembari bersiul-siul aku memilih jalan agak memutar keluar karena sudah lama tak kulewati jalanan tersebut, gedung Fak, teknik dan perpustakaan nampak amat sepi dengan dedaunan berserakan dan kaca yang tidak dibersihkan.
Angin sore itu amat kencang, aku sebenarnya juga tidak terburu-buru pulang. Hanya saja memang jalan tersebut tersasa berbeda dengan kondisi saat aku masih 10 tahun yang lalu ketika tiap sore aku sering mencari buah ceri dengan Al-Fath di pinggiran trotoar. Hal tersebut nmenjadikanku akhirnya melambatkan laju mesin dan menikmati pemandangan sekitar, kutoleh kanan maupun kiri. Jalanan tersebut nampak sangat sepi ditinggal para mahasiswa yang sudah selesai mengenyam UAS dan pulang ke kampung halaman. Beberapa saat dari gedung FMIPA kulihat banner hijau seakan menyapaku dengan sinis dan membingungkan "Apa kabar Bu, Masih ingat Saya..." akupun terpejam, aku tak bisa melihat sekelilingku. Berapa kalipun aku mencoba membuka mata yang kulihat hanya bayangan merah dan putih, Baka, mimpi macam apa ini?. Aku pun memutar jalan menuju jalan utama semakin deras laju motorku pandanganku mulai jelas, namun disamping kanan jalan utama tersebut kulihat LCD besar sedang menyiarkan iklan sebuah produk minuman dan makanan suguhan lebaran dengan animasi yang mengingatkanku akan masa-masa kelam. Aku sejenak berpikir pasti ada seseorang dibalik semua ini, dan aku menyadari siapa orang tersebut. Aku terhenti, terbelalak melihat animasi tersebut, tubuhku terseok-seok memandangi tubuh iklan produk rekayasa tersebut. Kurang ajaar, disitu banyak orang yang kukenal, orang-orang baik yang lama bersamaku. Mereka memerankan produk iklan tersebut dengan professional, dan salah seorang dari mereka terekspose cukup lama, aku benci iklan itu, bukan dari produknya, namun dari proses cara menyampaikannya. Serasa semuanya pernah kuketahui dan insiden berdarah semester lalu itu, hemmm aku yakin pasti dia lagi pelakunya. Aku tidak punya channel lain selain orang itu. Astaghfirullah, ternyata dia masih ingat dan aku terbujur kaku di rerumputan depan lapangan Jalan Cakrawala. Orang ituu... kini semakin besar dan kuat, rambutku kian bergetar.
Langit mulai gelap, gemuruh halilintar bersahutan menandakan malam ini akan turun hujan. Tahun lalu orang itu melenyapkan seluruh planning ku, merampas benang-benang penghubung masa depanku dan dengan kemampuan stringnya mengendalikan orang-orang disekitarnya agar mau mengikuti jalannya. Saat itu aku tak tahu harus berbuat apa. Namun memang saat itu gerbang dunia baru belum terbuka, dan beberapa kru lain masih membantu pertarungan malam saat itu dengan penuh luka. Kapten bahkan tidak tidur selama dua hari membantuku merancang strategi yang pas utnuk setidaknya meredakan amarah seorang monster yang sedikit kuusik haknya, BAHH, apanya yang hak???, dia bahkan hanya memegang kendali dari belakang dengan tawa kejahatan dan kaca mata kekiniannya.
Memang benar saat itu aku menjalin aliansi dengan para pemuda Biru Timur yang banyak memberi wejangan dan perlawanan internal dan alhamdulillah cukup efektif.
Januari pertengahan, kami gencatan senjata. perang mereda. Kemenangan masih berpihak pada kami. Mosnster tersebut lari tak berbekas, jejaknya hilang diterpa teknologi. Raut ekspresinya lenyap terkena Beam dari bosnya sendiri. Dan tentunya kerusakan terbesar timbul dari hemmm, yap benar sekali, produk SMILE yang sudah tidak lagi mempercayai tetek bengek kelicikannya. Pabrik SMILE pun kini kucoba bangun dengan penuh rasionalitas meski hal tersebut amat sukar.
Namun suasana sore itu sangat berbeda, orang itu, monster itu kembali datang. Aku yakin persenjataanya lebih mutakhir dari dia yang kutemui terakhir kali. Tentu dengan perencanaan perang yang lebih matang. Meyakini para Rookie hanyalah bocah kemarin yang keberadaanya harus dihapuskan.
Indikasinya jelas, menciptakan suasana kelam dan keterpurukan secara kompleks dan multidimensi serta pengambil alihan keyakinan pabrik yang dulu diinginkannya. Menakutkan sekali, aku sudah bisa mengabstrasikan rencana mengerikan tersebut. Mengambil kembali produk SMILE dari SAD dan kelompok reformasi agar bisa merapat ke peraduannya.
Sore itu aku benar-benar dalam ketakutan yang luar biasa. Benar-benar mencekam, monster tersebut kembali datang, kini aku bingung harus melawan lagi karena persediaan energi sudah habis. Lewat pow miliknya, aku tak bisa bertindak lagi, langkah kini tak bisa kugerakkan. Akhirnya aku cuma bisa terlempar dengan tangan hampa.
OII KHIDD !!!, tetap rasional kawan, semua butuh proses dan perencanaan, mungkin sore itu aku cuma bisa lari dengan berbasah keringat. Namun setelah timeskip ini, semua akan berakhir..........

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Blogger templates

Hak cipta hanya milik ALLAH. Diberdayakan oleh Blogger.

Komentar

Gunakanlah Bahasa yang santun dan bersifat membangun, terimakasih :)

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Paling Dilihat